Menjaga Kekudusan Ketika Berpacaran
Kalian wajib tahu, ini pentingnya menjaga kekudusan ketika berpacaran. Berikut penjelasannya detailnya:
5 menit5 menit - Rabu, 13 September 2023
Media sosial kerap dihebohkan dengan adanya kasus perceraian para public figure yang selama ini kelihatannya harmonis. Beragam respon muncul di media sosial, dan banyak yang menyayangkan terjadinya perceraian. Apalagi dalam kondisi anak-anak yang masih kecil, yang sebenarnya masih sangat membutuhkan peran aktif dari kedua orang tuanya. Alasan dibalik terjadinya perceraian, yang merupakan ranah pribadi pun, diculik sedemikian rupa.
Pada tahun 2022 di Indonesia, dilansir dari Badan Pusat Statistik (BPS) terdapat 516.344 kasus perceraian. Secara jumlah, meningkat 15,3% dari tahun sebelumnya. Menurut laporan dari Badan Pusat Statistik (BPS), perselisihan dan pertengkaran menempati urutan pertama sebagai penyebab terbesar terjadinya perceraian di Indonesia. Diikuti oleh faktor ekonomi, meninggalkan salah satu pihak, dan lain sebagainya.
Memutuskan untuk menikah dan membina sebuah keluarga, tentu perceraian pun tidak diharapkan menjadi akhir dari sebuah cerita. Tentu tujuan dari pernikahan bukan perceraian, karena tidak ada satu pun yang menikah untuk bercerai. Tetapi kehidupan pernikahan terbilang kompleks.
Maka dari itu, banyak yang memandang perceraian sebagai upaya terakhir dari penyelesaian masalah. Perceraian umumnya ditempuh ketika berbagai cara untuk menyelesaikan masalah tidak berujung baik.
Secara yuridis, perceraian didefinisikan sebagai putusnya ikatan perkawinan antara suami istri dengan keputusan pengadilan, dan ada cukup alasan bahwa diantara suami istri tidak akan dapat hidup rukun lagi sebagai suami istri.
Sejak awal, manusia dianugerahi oleh Tuhan yang namanya free will atau yang dikenal sebagai kehendak bebas. Sebagai ciptaan yang paling mulia, manusia diberikan kebebasan untuk memilih dan memutuskan apapun dalam hidupnya. Tetapi di atas semuanya itu, manusia tetap akan diperhadapkan pada suatu keadaan untuk mempertanggungjawabkan setiap pilihan yang diambil. Demikian pula pernikahan.
Pada awalnya, pernikahan ada atas inisiatif dan rancangan Tuhan untuk satu laki-laki dan satu perempuan. Pernikahan bersifat sakral dan kudus, serta sebagai komitmen yang berlaku seumur hidup antara manusia dengan pasangan, dan Tuhan. Untuk itulah, pernikahan merupakan sebuah pilihan yang menjadi keputusan, dan berlaku untuk seumur hidup. Apapun keadaannya, apapun resikonya, pernikahan harus dipertahankan, karena lebih dari sekadar cinta, ada janji dan komitmen yang terikrar.
Dalam Matius 19:6 ada tertulis, “Demikianlah mereka bukan lagi dua melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia.” Ayat ini merupakan salah satu penegasan bahwa perceraian bukan sesuatu yang dikehendaki oleh Tuhan. Perceraian umumnya dipandang sebagai penyimpangan dari rencana ideal Tuhan untuk pernikahan. Alkitab menekankan pentingnya komitmen seumur hidup dan tidak menganjurkan terjadinya perceraian, kecuali perceraian oleh kematian (cerai mati).
Terlepas dari apapun situasinya, perceraian bukan jalan keluar, karena akibat yang timbul dari adanya perceraian justru terlalu banyak. Prinsip Alkitabiah menekankan nilai pengampunan, rekonsiliasi, dan pemulihan.
Lantas bagaimana jika keluarga terlalu hancur, masalah terlalu banyak, dan tidak ada jalan lain yang dapat ditempuh selain perceraian? Sebenarnya tidak ada yang terlalu hancur untuk bisa diperbaiki, dan tidak ada yang terlalu hancur untuk bisa dipulihkan. Keterbukaan adalah awal dari pemulihan.
Sebagai makhluk yang terbatas adanya, manusia perlu untuk menyadari bahwa tidak semua hal bisa dilakukan dengan kemampuan sendiri. Kendati dianugerahi Tuhan dengan kehendak bebas untuk menentukan setiap pilihan dan keputusan, manusia tetap tidak bisa berjalan sendiri.
Dalam sebuah kehidupan pernikahan yang kompleks, masalah akan selalu ada, tetapi perceraian juga bukan solusi terbaik. Perceraian bukan hanya akan berdampak bagi suami dan istri, tetapi juga anak. Anak kerap menjadi pihak yang paling dirugikan, karena tentu sebagai anak mau untuk bertumbuh dengan kondisi keluarga yang utuh.
Apalagi seorang anak tidak bisa memilih untuk dilahirkan dalam keluarga yang seperti apa. Imbas dari perpisahan kedua orang tua, sedikit banyaknya akan menciptakan luka yang terus dibawa sampai dewasa. Anak pun bisa saja mengalami ketakutan akan pernikahan. Jadi, sangatlah penting untuk meminta tuntunan, kekuatan dan hikmat dari Roh Kudus agar keputusan yang diambil sejalan dengan kehendak Tuhan.
Tidak ada satu pun manusia yang luput dari kesalahan, begitu juga diri sendiri. Barangkali masalah yang timbul dalam kehidupan pernikahan bisa saja berasal dari diri sendiri, tetapi karena tidak sadar, diri sendiri cenderung menyalahkan pasangan.
Lalu timbul konflik yang lebih besar, karena tidak adanya kesadaran akan akar dari permasalahan. Sebagai individu dewasa, evaluasi diri dalam konteks pernikahan memungkinkan setiap orang untuk menemukan apa yang dapat ditingkatkan, baik sikap, perilaku, komunikasi, dan masih banyak lagi.
Refleksi dan evaluasi ini dapat juga mengarah pada pertumbuhan pribadi, sehingga menjadikan diri sendiri sebagai pasangan dan individu yang lebih baik.
Dengan melakukan evaluasi diri, manusia diharapkan dapat menyadari kekuatan, dan kelemahan. Juga ancaman dan peluang untuk mempertahankan sebuah pernikahan. Melalui evaluasi diri akan ada yang namanya kerendahan hati.
Kerendahan hati untuk mengakui kesalahan dan kekurangan. Kerendahan hati akhirnya akan mendorong diri untuk mengupayakan perbaikan hubungan, dan terjadinya pemulihan.
Dalam upaya penyelesaian masalah, seringkali dibutuhkan mediator untuk membantu para pihak dalam proses perundingan, sehingga tercapai kesepakatan yang sekiranya menguntungkan kedua belah pihak. Dalam upaya resolusi konflik di kehidupan pernikahan, menghubungi konselor pernikahan Kristen bisa menjadi salah satu solusi.
Seorang konselor pernikahan dapat berfungsi sebagai mediator yang bisa membantu pasangan mengatasi konflik, menyelesaikan kesalahpahaman, dan bekerja menuju rekonsiliasi. Sebagai konselor, perspektif yang diberikan pun netral, memfasilitasi percakapan konstruktif yang mengarah pada pemahaman dan penyembuhan.
Selain itu, alternatif lain untuk mencegah perceraian yaitu meningkatkan iman, dengan cara datang ke gereja mendengarkan khutbah positif atau berkumpul dengan komunitas positif. Tujuan menghindari hal-hal buruk baik dalam pikiran maupun kejadian-kejadian dalam hidup kita.
Berkembangnya teknologi komunikasi, berbagai cara dapat kita lakukan untuk bisa join komunitas positif. Salah satunya yaitu dengan download aplikasi gereja Erista. Dengan Erista segala kebutuhan rohani, charger iman, kegiatan manajemen gereja bisa kita ikuti dan disana juga kita dapat menciptakan kedamaian seperti yang diajarkan Kristus.
Kalian wajib tahu, ini pentingnya menjaga kekudusan ketika berpacaran. Berikut penjelasannya detailnya:
5 menitApakah kita sudah bersyukur sebagaimana Alkitab ajarkan? Berikut penjelasan Alkitab dan manfaat dari bersyukur.
5 menitJemaat wajib tau, 10 langkah praktis agar menjadi anggota jemaat gereja yang berkualitas, sebagai berikut:
5 menit